Minggu, 14 April 2013

ANALISIS TRANSAKSIONAL


NAMA           : DIAH RETNO WULANDARI
NPM               : 11510953
KELAS          : 3PA01

ANALISIS TRANSAKSIONAL
PENGANTAR
Pendiri dari terapi transaksional adalah Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakannya. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Teori Berne menggunakan beberapa kata utama, yaitu orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabaian dan ciri khas.
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kogntif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan mengubah cara hidupnya. AT berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutusakan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.

KONSEP-KONSEP UTAMA
Pandangan tentang Sifat Manusia
AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemograman awal. AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang-orang mampu memilih dan memutuskan ulang. AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
Haris (dalam Corey, 2009) sepakat bahwa manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak terbelenggu oleh masa lampaunya. Terapis mengakui bahwa alasan mengapa seseorang berada dalam terapi adaah karena dia ingin memasuki persengkongkolan dan memainkan permainan dengan orang lain. Bagaimanapun, terapis tidak mendukung pengembangan hubungan persengkongkolan dalam terapi.

Perwakilan-Perwakilan Ego
AT adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah, yaitu :
1.      Orang tua
Adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari subtitut orang tua. Jika ego orang tua dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa “orang tua pemelihara” atau “orang tua pengritik”.
2.      Ego orang dewasa
Adalah pengolahan data dan informasi yang merupakan bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah orang tertentu.
3.      Ego anak
Berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan spontan. “Anak” yang ada dalam diri kita berupa “Anak Alamiah”, “Profesor Cilik”, atau berupa “Anak yang Disesuaikan”. Anak Alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan dan ekspresif. Profesor Cilik adalah kearifan yang asli dari seorang anak. Anak yang disesuaikan menunjukkan suatu modifikasi dari Anak Alamiah. Modifikasi-modifikasi dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan, dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian.

Tujuan-Tujuan Terapis
Tujuan dasar Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah dengan mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
Harris (dalam Corey, 2009) tujuan AT adalah untuk membantu individu agar "memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respon-respon terhadap stimulus-stimulus yang lazim maupun yang baru". Pemulihan berlandaskan pengetahuan tentang ego orang tua dan ego anak serta tentang bagaimana kedua ego itu memasuki transaksi-transaksi sekarang. Tujuan terapeutik dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anak.
Berne (dalam Corey, 2009) tujuan utama AT adalah pencapaian otonomi yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik, yaitu kesadaran, spontanitas, dan keakraban. Selain itu, menurut James dan Jongeward (dalam Corey, 2009) melihat pencapaian otonomi sebagai tujuan utama AT, yang bagi mereka berarti "mengatur diri, menentukan nasib sendiri, memikul tanggung jawab atas tindakan-tindakan dan perasaan-perasaan sendiri, serta membuat pola-pola yang tidak relevan dan tidak pantas bagi kehidupan di sini dan sekarang".

Fungsi dan Peran Terapis
Harris (dalam Corey, 2009) melihat peran terapis sebagai seorang "guru, pelatih, dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan". Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisi struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Terapis membantu klien menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang meyebabkan klien membuat putusan-putasan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah dipertimbangkannya.
Sebagian besar teoris AT menekankan pentingnya hubungan yang setaraf antara terapis dan klien dan menunjuk kepada kontrak terapi sebagai bukti bahwa terapis dan klien adalah pasangan dalam proses-proses terapi. Oleh karena itu, tugas terapis adalah menggunakan pengetahuannya untuk menunjang klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas yang diprakarsai oleh klien. Tugas terapis pada dasarnya adalah membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi perubahan.

PENERAPAN : TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK
Penerapan pada Kelompok
Konsep-konsep dan Analisi Transaksional cocok terutama untuk situasi-situasi kelompok. AT pada mulanya direncanakan sebagai suatu bentuk treatment kelompok dan prosedur-prosedur terapeutiknya memberikan hasil dalam setting kelompok. Dalam setting kelompok, orang-orang bisa mengamati perubahan orang lain yang memberikan kepada mereka model-model bagi peningkatan kebebasan memilih. Interaksi dengan anggota-anggota kelompok lain memberikan kepada mereka kesempatan-kesempatan yang luas untuk melaksanakan tugas-tugas dan memenuhi kontrak. Transaksi-transaksi dalam kelompok memungkinkan para anggota mampu meningkatkan keadaan, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. Treatment atas individu-individu dalam kelompok adalah memilih metode Analisis Transaksional.

Prosedur-Prosedur Terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama dari terapi Gestalt digunakan. James dan Jongeward (dalam Corey, 2009) menggabungkan konsep-konsep dan proses-proses AT dengan eksperimen-eksperimen Gestalt. Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT ini bisa diterapkan pada terapi individual maupun pada terapi kelompok. Dengan pendekatan gabungan itu, ia mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri dan otonomi. Bagaimanapun, kelompok adalah wahana yang penting bagi perubahan pendidikan dari terapeutik dalam praktek AT.







Sumber : Sumber : Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar