Jumat, 05 Oktober 2012

Multikulturalisme

Nama : Diah Retno Wulandari
NPM : 11510953
Kelas : 3PA01


MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
§  “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)
§  Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
§  Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
§  Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)
§  Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggrisdan Perancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme. Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dam Jerman, dan beberapa negara lainnya?
Jenis Multikulturalisme == Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
1.     Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.     Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3.     Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4.     Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5.     Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. 

Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.
Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena: 1. Letak geografis indonesia 2. perkawinan campur 3. iklim
Sumber :

Akulturasi Psikologis

Nama : Diah Retno Wulandari
NPM : 11510953
Kelas : 3PA01


AKULTURASI PSIKOLOGIS
Akulturasi adalah bentuk akomodasi yang dilakukan individu dari satu latar belakang
budaya menuju budaya yang lain. Dalam kasus yang dijumpai pada negara berkembang
proses akulturasi disebabkan oleh faktor internal berupa keinginan individu dan faktor
eksternal berupa tekanan pemerintah (pressure from government). Pada penduduk
pribumi (aboriginal communities), proses akulturasi sering disebabkan oleh harapan
dari luar penduduk pribumi.
Selain itu, ada yang mengatakan bahwa akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompokmanusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Yang membuat perkembangan manusia terjadi melalui adanya proses sosial dari budaya yang mempengaruhi proses pembentukan psikologis secara kognisi, emosi, motivasi dan kesehatan mental. Dengan adanya akulturasi seseorang belajar untuk mengetahui bagaimana kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan sendiri. Yang menjadi akulturasi psikologis adalah proses akulturasi yang berpengaruh juga secara psikologis. Karena proses interaksi manusia terjadi sehari-hari dari situ manusia belajar mana hal yang baik dan buruk dan memilahnya untuk bagaimana seseorang bersikap menurut norma yang berlaku di masyarakat.
Walaupun saat ini budaya asing sudah banyak mempengaruhi kebudayaan sendiri akan tetapi masih ada dalam berbagai lapis masyarakat sendiri yang masih memegang teguh norma budaya asli sendiri. Dengan adanya ilmu psikologi membuat manusia belajar untuk menggunakan kognisi (pikiran) mereka untuk secara tepat mengetahui hal-hal mana yang dapat cocok dengan pribadi manusia itu sendiri. Dan juga dengan adanya unsur emosi dan motivasi serta kesehatan mental mempengaruhi pribadi seseorang karena pada dasarnya manusia hidup dan berkembang dalam lingkungan sosial.
Jadi, akulturasi psikologis mempengaruhi keberlangsungan hidup seseorang dimana manusia menggunakan unsur psikologis nya untuk bersosialisasi dengan adanya unsur budaya asing yang cepat atau lamban mempengaruhi budaya asli masyarakat pribumi. 
Sumber :


Akulturasi dan relasi internakultural

Nama : Diah Retno Wulandari
NPM : 11510953
Kelas : 3PA01


AKULTURASI DAN RELASI INTERNAKULTURAL
AKULTURASI
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.

Relasi Internakultural
adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras,etnis, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Jadi, akulturasi dan relasi internakultural saling mempengaruhi karena dengan akulturasi seseorang dapat mengetahui kebudayaan asing yang ada sedangkan relasi internakultural merupakan komunikasi antar budaya  yang hidup didalam nya masyarakat yang berbeda ras,suku,etnis dll. Yang menjadikan budaya semakin beragam adalah karena manusia hidup dengan diturunkannya warisan budaya dari generasi terdahulu sampai generasi selanjutnya. 
Dengan akulturasi seseorang belajar untuk mengkondisikan bagaimana pengaruh asing mempengaruhi kebudayaan pribumi dan relasi internakultural terjadi dengan adanya pengkondisian komunikasi antar budaya yang membuat manusia saling berinterkasi dengan budaya yang bermacam-macam di dunia ini. 

Sumber :


Transmisi budaya dan biologis serta awal perkembangan dan .pengasuhan

Nama : Diah Retno Wulandari
NPM : 11510953
Kelas : 3PA01


Transmisi Budaya dan Perkembangan Individu

A. Transmisi Budaya Melalui Enkulturasi

Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Dalam buku ini diceritakan ketika mereka berkomunikasi, awalnya mengalami kesulitan. Kemudian bangsa eropa menyederhanakan tata bahasa dan kosakata mereka, dengan harapan dapat berkomunikasi dengan penduduk asli. Sebaliknya, penduduk asli juga berusaha untuk mempermudah system bahasanya agar bangsa eropa (pendatang) dapat memahami mereka. Hal ini mengakibatkan kedua belah pihak dapat berkomunikasi, namun secara terpatah-patah.

B. Awal Perkembangan dan Pengasuhan 

Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Pada dasarnya remaja memiliki semangat yang tinggi dalam aktivitas yang digemari. Mereka memiliki energi yang besar, yang dicurahkannya pada bidang tertentu, ide-ide kreatif terus bermunculan dari pikiran mereka. Selain itu, remaja juga memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Untuk menuntaskan rasa ingin tahunya, mereka cenderung menggunakan metode coba-coba. Sebagai contoh, ketika berkembang sistem belajar yang menyenangkan atau disebut Quantum Learning, remaja cenderung mencoba hal tersebut. Namun hal ini tidak terbatas hanya pada budaya yang bersifat positif, tapi juga pada budaya negatif. Misalnya, ketika berkembang budaya “clubbing” di kota-kota besar, sebagian besar remaja marasa tertarik untuk mencoba, sehingga ketika sudah merasakan kelebihannya, perbuatan itu terus dilakukan.

Selanjutnya yang kedua ialah faktor eksternal. Keluarga berperan penting dalam membimbing remaja untuk menentukan yang baik atau tidak untuk dilakukan. Orang tua memegang peranan utama didalam sebuah keluarga. Segala tindakanya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan fisik dan psikis anak. Remaja dengan orang tua yang memperhatikan mereka cenderung dapat memilah pergaulan yang berdampak positif atau negatif bagi mereka. Kemudian, lingkungan turut mempengaruhi pergaulan.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Remaja seharusnya dapat memilah dan menyaring perkembangan budaya saat ini, jangan menganggap semua pengaruh yang berkembang saat ini semuanya baik, karena belum pasti budaya barat tersebut diterima dan dianggap baik oleh Budaya Timur kita.

C. Perkembangan Moral

Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.

Proses perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.

Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin yaitu mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan.
Tokoh yang membahas mengenai moral yaitu Kohlberg (Orang kultur Barat yang terdidik, elit, berkulit putih, dan pria) memandang otonomi dan keadilan individu sebagai nilai moral yang utama. Ia bahkan menyamakan moralitas dengan keadilan (dengan mengabaikan nilai moral lain seperti keberanian, pengendalian-diri, empati, dll.). Para anggota kelas pekerja dan kelas pedesaan, bagaimanapun, cenderung untuk memiliki pendekatan yang lebih komunitarian terhadap hidup. Namun ada tokoh lain yang mengeritik Kohlberg salah satunya dalam hal budaya. Berkritik pemahaman moral lebih bersifat budaya dan sistem penilaian Kohlberg tidak mengenali pemahaman moral yang lebih tinggi pada kelompok budaya tertentu. Contoh pemahaman moral yang tidak diukur oleh system Kohlberg adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kesetaraan komunal dan kebahagiaan kolektif seperti di Israel, kemanunggalan dan kekeramatan segala aspek kehidupan di India. Kohlberg tidak bisa mengukur hal-hal tersebut diatas karena teori kohlberg tidak menekankan hak individu dan prinsip-prinsip abstrak tentang keadilan. Kesimpulan, pemahaman moral lebih dibentuk oleh nilai dan keyakinan dalam sebuah budaya.

Pengertian dan tujuan dari Psikologl Lintas Budaya

Nama : Diah Retno Wulandari
NPM : 11510953
Kelas : 3PA01


A. PENGERTIAN PSIKLOGI LINTAS BUDAYA
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses mental dan perilaku makhluk hidup, ataupun proses-proses mental dan perilaku itu sendiri. Lintas budaya adalah memahami keragaman budaya yang ada di dunia sekaligus dampak budaya tersebut terhadap kelangsungan masyarakat sosial dalam lingkup budaya tertentu. Sementara kalau dalam psikologi lintas budaya, pembahasannya seputar pengaruh lingkungan budaya terhadap perilaku individu. Fungsi dari lintas budaya sendiri untuk merentangkan toleransi kita ketika berhadapan dengan anggota masyarakat dari budaya yang berbeda dengan kita sendiri.
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: 1. Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.
Jadi, Psikologi Lintas Budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut. Selain itu, psikologi lintas budaya juga mempelajari peran budaya terhadap perilaku, pikiran, dan emosi.
B. TUJUAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
            Tujuan pertama yang paling nyata adalah menguji kerampatan pengetahuan dan psikologis yang ada. Tujuan ini pernah diujikan oleh J.W Whiting (1968). Ia mengatakan bahwa kita menggunakan psikologi lintas budaya melalui penggunaan data beragam orang dari seantero dunia semata-mata untuk menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan perilaku manusia.
Tujuan kedua diajukan oleh Berry dan Dasen (1974) menjawab persoalan: menjelajah budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas. Tujuan ini menjernihkan tujuan pertama, sehingga kita dapat merapatkan dan mencari tahu sebab-sebabnya atau menemukan cara alternatif.
Tujuan ketiga berusaha menjalin dan mengintegarisikan hasil-hasil yang diakui dalam sebuah psikologi berwawasan luas ketika tujuan pertama dan kedua tercapai.
C. HUBUNGAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA DENGAN DISIPLIN ILMU YANG LAIN.
Psikologi lintas budaya sama seperti dengan Psikologi budaya mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia. Namun psikologi lintas budaya tidak hanya mempelajari faktor budaya dengan prilaku tetapi faktor antar budaya atau perbedaan budaya yang mempengaruhi perilakumanusia.
Psikologi Sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan denganmasyarakat sekitarnya. Psikologi lintas budaya juga sama mempelajari individudengan masyarakat selain itu juga mempelajari individu dengan atar masyarakatyang berbeda.
Ruang  Lingkup Antropologi psikologi sama dengan pengakajian secara psikologilintas budaya (cross cultural) mengenai kepribadian dan sistem sosial budaya.Meliputi masalah-masalah sebagai berikut :
Hubungan struktur sosial dan nilai-nilai budaya dengan pola pengasuhan anak padaumumnya. Hubungan antara struktur kepribadian rata dengan sistem peran (role system) dan aspekproyeksi dari dari kebudayaan

Perbedaan psikologi Lintas budaya dengan psikologi Indigenous:

Psikologi indigeneous
Indigenous Psychology merupakan suatu masalah yang di kaji melaui konteks kultural/budaya yang dapat memunculkan suatu teori untuk dapat menelaah suatu tradisi dari setiap budaya masyarakat timur .
Perbedaan psikologi Lintas budaya dengan antropologi.
Psikologi antropologi :
Antpologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. 
Perbedaan psikologi Lintas budaya dengan psikologi budaya.
Psikologi budaya :
memahami keragaman budaya yang ada di dunia sekaligus dampak budaya tersebut terhadap kelangsungan masyarakat sosial dalam lingkup budaya tertentu. Sementara kalau dalam psikologi lintas budaya, pembahasannya seputar pengaruh lingkungan budaya terhadap perilaku individu. Fungsi dari lintas budaya sendiri untuk merentangkan toleransi kita ketika berhadapan dengan anggota masyarakat dari budaya yang berbeda dengan kita sendiri.
Sumber :

Selasa, 20 Maret 2012

Kasus Kesehatan Mental


Efek Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental
Beberapa waktu lalu muncul laporan mengenai tanda-tanda orang yang kecanduan jejaring sosial seperti Facebook.  Individu tersebut senang mengganti status paling sedikit 2 kali sehari atau sekedar hanya melihat profil temannya. Laporan terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook atau MySpace juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respon kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.
Hal ini memang bertolak belakang dengan pembentukan situs-situs jejaring sosial, dimana pengguna diiming-imingi dapat bertemu dengan teman lama atau hanya sekedar berkomentar tentang suatu masalah atau issue yang dialami seseorang atau kelompok yang dibentuk. Banyak pengguna jejaring sosial yang jadi mempunyai hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga, lingkungan sekitar, teman dekat, bahkan mungkin dengna kehidupannya menjadi terasa asing. Karena menurut mereka yang sudah kecanduan terhadap jejaring sosial seperti ini, menemui rekan-rekan atau orang-orang yang berada disekitar mereka adalah suatu situasi yang menyedihkan karena harus berpisah dengan komputer atau aktivitas rutinnya di jejaring sosial.
Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook atau jejaring sosial yang lain akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face-to-face dengan orang lain di kehidupan nyata.  Seperti teori Fromm yang mengatakan bahwa orang yang sehat mental adalah “Orang yang Produktif”. Menurut model kesehatan mental Fromm, kepribadian yang sehat didorong oleh kebutuhan, orang yang sehat mental memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis ini secara produktif dan kreatif. Apabila kebutuhan-kebutuhan psikologis ini tidak terpenuhi, maka orang tersebut dapat mengalami kemunduran psikologis, kehilangan kemampuan sosial ataupun depresi.
Jika pernyataan Fromm tersebut dihubungkan dengan orang-orang yang kecanduan jejaring sosial tersebut, maka mereka termasuk orang-orang yang tidak produktif, karena mereka mengisolasikan diri mereka sendiri dan sibuk dengan teman-teman mereka didunia maya. Situasi seperti ini sangat tidak sehat baik bagi fisik maupun mental seseorang.
Kerusakan fisik yang mungkin terjadi adalah bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, seseorang dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang yag menghabiskan banyak waktu duduk didepan meja komputer. Jika pada malam hari orang tersebut masih sibuk dengan jejaring sosialnya, maka ia juga dapat mengalami kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat mengakibatkan kantuk yang berkepanjangan, menurunya metabolisme bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tidak jarang juga bisa mengakibatkan obesitas bagi orang yang kecanduan seperti ini. Karena ia hanya duduk di depan meja komputer, tidak melakukan olahraga yang dapat membantu kesehatan fisik seseorang.
Oleh karena itu keseimbangan dalam aktivitas dunia maya dan nyata harus sama. Jika terjadi ketidakseimbangan disalah satu sisi, dapat mengakibatkan berbagai kemungkinan. Penggunaan jejaring sosial bukan untuk membuat seseorang menjadi menjauh dari kehidupan nyata, melainkan hanya sebagai sarana komunikasi yang hanya bisa dijangkau dengan hal-hal seperti ini atau hubungan jarak jauh.



Sumber          :

Senin, 19 Maret 2012

Kesehatan Mental


Kesehatan Mental
Istilah "KESEHATAN MENTAL" di ambil dari konsep mental hygiene. Kata mental di ambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. (Notosoedirjo & Latipun,2001:21).
Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti sama halnya dengan kesehatan fisik, kesehatan mental juga sangat penting dalam fase kehidupan individu. Jika tidak seimbang antara kesehatan mental dengan kesehatan fisik, maka akan terjadi ketidakseimbangan fase hidup individu.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
  1. Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”. 
  2. Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”. 
  3. Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.
Pada era yang maju ini, masyarakat terkadang tidak terlalu peka terhadap masalah kesehatan mental yang terjadi disekitar mereka. Bahkan bagi beberapa masyarakat awam, kesehatan mental tidak penting. Seperti data dari World Health Organization memperkirakan masalah gangguan mental meliputi kurang lebih 13% sumber penderitaan di dunia. Penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 15% dari total penduduk. Namun, jumlah ini hanya yang terlihat di permukaan.
Cara pandang masyarakat terhadap kesehatan mental masih dalam spektrum negatif, yang menganalogikan kesehatan mental dengan gangguan mental atau jiwa. Masyarakat Indonesia masih enggan pergi ke psikolog atau psikiater, karena berbagai alasan, seperti takut dianggap gila, malu, ketidakmampuan finansial, dan lain-lain.
Akibatnya, masyarakat secara umum lebih memilih mencari pertolongan kepada pemimpin agama, tokoh spiritual, atau pemimpin masyarakat. Ada pula yang memilih curhat pada teman, atau mendatangi dokter melalui berbagai keluhan fisik. Pada beberapa kasus psikotik akut, keluarga memilih untuk memasung penderita ketika keadaan dan sumber daya tidak memungkinkan. Ada juga yang memang memilih untuk datang ke psikiater atau psikolog, namun sayangnya profesional dalam bidang itu masih kurang mencukupi. Jumlah psikiater di Indonesia hanya sekitar 600 orang, sedangkan psikolog yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan mental juga kecil.


Sumber          :


Rabu, 01 Februari 2012

1 Februari 2012

klo sekarang gw lagi dengerin lagunya sammy yg sedang apa dan dmn????? itu pas bgt buat gw..
ga ada kabar... sama sekali... bikin khawatir...
katanya mau nyelesein masalh.. tapi malah ngilang...
gw ga tau harus gmn?????
selalu dianggap bohong... padahal udah jujur sejujur-jujurnya... sampai gw berani nyawa gw taruhannya biar dia percaya....
lagian siapa sih yang udah ngirim sms ke gw kayak gtu.. padahal cuma ngasih tau kalo mau download video di moklip.com.. cuma begitu doang...
tapi dia udah curiga bgt sama gw... ngira gw mcm2 lah.. apa lah... padahal gw sama sekali ga tau tuh orang..  gw sms balik juga ga dibales....
pusing gw...capek lama2 kl ga dipercayain terus2n... ga tau mesti gmn lagi...
emangnya gw harus beneran mati baru dia percaya?????????