Kesehatan
Mental
Istilah "KESEHATAN
MENTAL" di ambil dari konsep mental hygiene. Kata mental di ambil dari
bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya
psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai
kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya
usaha peningkatan. (Notosoedirjo & Latipun,2001:21).
Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita
memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita
memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita
mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti sama halnya
dengan kesehatan fisik, kesehatan mental juga sangat penting dalam fase
kehidupan individu. Jika tidak seimbang antara kesehatan mental dengan
kesehatan fisik, maka akan terjadi ketidakseimbangan fase hidup individu.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap,
pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu
sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang
dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin
(konflik).
- Hadfield : ”upaya memeliharaan mental yang sehat dan mencegah agar mentak tidak sakit”.
- Alexander Schneiders : ”suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis”.
- Carl Witherington : ”ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat”.
Pada era yang maju ini, masyarakat terkadang tidak terlalu peka terhadap
masalah kesehatan mental yang terjadi disekitar mereka. Bahkan bagi beberapa
masyarakat awam, kesehatan mental tidak penting. Seperti data dari World
Health Organization memperkirakan masalah gangguan mental meliputi kurang lebih
13% sumber penderitaan di dunia. Penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai
15% dari total penduduk. Namun, jumlah ini hanya yang terlihat di permukaan.
Cara
pandang masyarakat terhadap kesehatan mental masih dalam spektrum negatif, yang
menganalogikan kesehatan mental dengan gangguan mental atau jiwa. Masyarakat
Indonesia masih enggan pergi ke psikolog atau psikiater, karena berbagai
alasan, seperti takut dianggap gila, malu, ketidakmampuan finansial, dan
lain-lain.
Akibatnya,
masyarakat secara umum lebih memilih mencari pertolongan kepada pemimpin agama,
tokoh spiritual, atau pemimpin masyarakat. Ada pula yang memilih curhat pada
teman, atau mendatangi dokter melalui berbagai keluhan fisik. Pada beberapa
kasus psikotik akut, keluarga memilih untuk memasung penderita ketika keadaan
dan sumber daya tidak memungkinkan. Ada juga yang memang memilih untuk datang
ke psikiater atau psikolog, namun sayangnya profesional dalam bidang itu masih
kurang mencukupi. Jumlah psikiater di Indonesia hanya sekitar 600 orang,
sedangkan psikolog yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan mental juga
kecil.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar