NAMA : DIAH RETNO WULANDARI
NPM : 11510953
KELAS : 3PA01
LOGOTHERAPY
PENGANTAR
Pencetus logoterapi
adalah Viktor Frankl. Istilah logoterpi itu sendiri berasal dari dua kata,
yaitu “logos” dan therapy, yakni
suatu terapi yang berani menembus dimensi spiritual dari keberadaan manusia. Kata
“logos” berarti makna (meaning)
menjadi manusia. Artinya diarahkan pada sesuatu pada seseorang dan bukan pada
diri sendiri. Bisa juga berarti “roh” (spirit),
yakni dimensi “noertik” (spiritual)
manusia dalam arti antropologis dan bukan dalam arti teologis. Dalam kenyataannya,
logoterapi merupakan suatu terapi yang diarahkan pada makna, yakni makna dalam
dan untuk keberadaan manusia. Karena itu, manusia harus menerima tanggung jawab
dan menemukan nilai-nilai bagi kehidupannya. Logoterapi menyajikan suatu
pendekatan positif pada mereka yang mengalami gangguan mental secara pribadi.
Tiga konsep fundamental
yang perlu diketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain :
1. Freedom of will (bebas dari
kemauan). Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu
kebebasan untuk tetap berdiri/tegak apapun yang dialami manusia. Di sini
manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi kenyataan sekitarnya, bebas
membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas
dari kemauan tidak berarti dari kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis,
dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya
menghadapi dunia, tetapi juga menghadapi diri sendiri.
2. “Will-to-meaning”,
yaitu suatu kemampuan untuk menemukan arti hidupnya. “Will-to-meaning” ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang
untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan
suatu dorongan yang mengendalikan manusia
untuk menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning
muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin
nilai bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai hidup
manusia dalam dirinya.
3. “The meaning of life”,
yaitu arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksud disini adalah
arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspons, karena kita
semua bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respons yang diberikan bukan dalam
bentuk kata-kata tapi dengan bentuk tindakan, dengan melakukannya.
PANDANGAN
TENTANG MANUSIA
Dalam pandangan Frankl
(dalam Semiun, 2010), manusia merrupakan kesatuan dari dimensi fisik (somatik),
psikologis (mental), dan spiritual (eksistensial), tetapi logoterapi menekankan
adanya manusia yang spritual yang diungkapkan secara fenomenologis dalam
kesadaran dirinya yang segera. Keberadaan manusia ditandai oleh kebebasan dari
naluri-naluri, disposisi yang diwariskan dan lingkungan. Kebebasan manusia
tidak hanya kebebasan “dari”, melainkan juga kebebasan “untuk” yang memerlukan
tanggung jawab untuk dirinya sendiri, untuk suara hatinya, atau untuk-Nya.
Manusia mencari makna
secara dinamik, dan motivasi utamanya adalah keinginan akan makna. Pencarian dinamik
inilah yang menginspirasikan manusia dan membedakannya dari seekor binatang
yang tidak memperhatikan makna keberadaannya. Kehidupan itu terus-menerus menantang
kita, dan respons kita tidak dapat dilakukan dengan berbicara atau
berkontemplasi, melainkan dengan perbuatan-perbuatan yang mengungkapkan dengan
jelas makna yang kita peroleh dalam hidup kita. Menurut Frankl (dalam Semiun,
2010), kekurangan makna dalam kehidupan merupakan suatu neurosis, dan dia menyebutkan kondisi ini sebagai “neurosis noogenik”, yang merupalan
suatu keadaan yang bercirikan tanpa makna, tanpa maksud, tanpa tujuan dan
hampa.
Keinginan
akan Makna
Merupakan suatu kekuatan
(nilai) yang mendorong manusia untuk memperoleh makna hidup. Keinginan akan
makna hidup tidak sama dengan keberadaan, tetapi melampaui keberadaan yang kita
sebut dengan tanggung jawab dan komitmen. Keinginan akan makna berasal dari
keinginan bawaan manusia untuk memberikan sebanyak mungkin makna bagi hidupnya,
mengaktulisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai. Mencari makna merupakan tugas
yang menantang dan yang menambah, dan bukannya mereduksikan tegangan batin.
Makna
Hidup
Makna hidup itu tidak
dipertanyakan, malinkan harus diberi respons karena kita diberi tanggung jawab
terhadap hidup. Respons diberikan tidak dengan kata-kata melainkan dengan bertindak
atau berbuat. Makna hidup merupakan tindakan yang sangat tepat atas tindakan
manusia, ciri khas dari kodrat manusia yang sangat penting. Makna itu tidak
hanya objektif, tetapi juga mutlak.
SUMBER
KESULITAN
Menurut Frankl (dalam
Semiun, 2010) dua macam sumber kesulitan yang membuat manusia tidak bermakna,
yaitu :
1. Frustrasi
Eksistensial
Merupakan tahap awal dari sindron
ketidakbermaknaan. Sindrom ini berupa minat dan inisiatif yang kurang dan
munculnya perasaan-perasaan yang absurd dan hampa. Frustrasi eksisitensial
dilihat sebagai fenomena umum yang berkaitan dengan kehilangan jaminan naluri
dari tradisi.
2.
Neurosis
Noogenik
Frustrasi eksistensial tidak
dianggap sebagai suatu penyakit. Tidak mengganggap manifestasi dari frustasi
eksistensial yang mirip neurosis dalam arti klinis, sejauh
manifestsi-manifestasinya tidak disertai oleh simtomlogi neurotik klinis. Dengan
demikian, jika frustasi eksistensial ditandai oleh munculnya gejala neurotik
klinis pada penderitanya, maka manifestasi-manifestasi frustrasi eksistensial tersebut
bisa disebut sebagai neurosis, yakni neurosis
noogenik.
TUJUAN
LOGOTERAPI
Tujuan logoterapi yang
pertama adalah memperlebar dan memperluas medan visual dari pasien sehingga
seluruh spektrum makna dan nilai-nilai didasari dan kelihatan oleh pasien. Kemudian
membantu pengalam individual yang nyata (real)
dari pasien sehingga ia dapat mengikuti potensi-potensinya dan melampaui
keadaan-keadaannya yang tidak wajar. Pada akhirnya, membantu menghilangkan
kecemasan dan neurosis komplusif-eksesif.
TEKNIK
LOGOTERAPI
1. Intensi
Paradoksikal
Teknik di mana pasien diajak
melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap pasien terhadap situasi yang
dialami, yaitu dengan mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan
menghindari atau melawannya.
2. Derefleksi
Teknik yang digunakan untuk
menghadapi perhatian dan observasi diri yang berlebih-lebihan. Dengan teknik
ini, pasien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan
perhatiaan pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
3. Bimbingan
Rohani
Pasien yang mengalami kasus yang
tidak bisa disembuhkan dan nasib buruk yang tidak diubah, maka perhatian pasien
diarahkan pada unsur rohani dan didorong supaya pasien menemui nilai bersikap.
Sumber :
Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Naisaban, Ladislaus. (2002). Para Psikolog Terkemukan Dunia : Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya.
Jakarta: Grasindo