NAMA : DIAH RETNO WULANDARI
NPM : 11510953
KELAS : 3PA01
Person Center Therapy
Person
center therapy atau bisa disebut client-centered therapy merupakan terapi yang diciptakan oleh Carl
Rogers. Semula adalah pendekatan nondirektif yang dikembangkan pada tahun
1940-an sebagai reaksi melawan pendekatan psikoanalitik. Berlandaskan pada
pandangan subjektif atas pengalaman
manusia, terapi client-centered
menaruh kepercayaan yang lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai
permasalahan. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien merupakan
katalisator bagi perubahan; klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat
untuk meningkatkan kesadaran dan untuk menemukan sumber-sumber terpendam yang
bisa digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.
Rogers menunjukkan
kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan
bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang
positif pada intinya yang terdalam. Pandangan tentang manusia yang posittif ini
memiliki implikasi-implikasi yang berarti bagi para praktik terapi ini. Model
terapi person center menolak konsep
yang memandang terapis sebagai otoritas yang mengetahui yang terbaik dan yang
memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah-perintah
terapis. Terapi ini berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat
putusan-putusan.
CIRI-CIRI
PENDEKATAN PERSON CENTER
Rogers (dalam Corey,
2009) menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan person center dengan pendekatan-pendekatan lain. Pendekatan person
center atau client-centered
difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara
menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Pendekatan client-centered menekankan dunia fenomenal klien, yaitu dengan
empati dan usaha untuk memahami klien. Dengan empati yang cermat dan usaha
untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan pelatihan
terutama pada persepsi-diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
Prinsip-prinsip terapi client-centered atau person center diterapkan pada individu
yang fungsi psikologisnya berada pada taraf yang relatif nomal maupun pada
individu yang derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar. Terapi client-centered memasukkan konsep bahwa
fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta
memusatkan perhatian pada pengalaman disini-dan-sekarang yang tercipta melalui
hubunagan antara klien dan terapis. Terapi client-centered
bukanlah sekumpulan teknik, juga bukan suatu dogma.
TUJUAN-TUJUAN
TERAPEUTIK
Tujuan dasar terapi ini
adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha untuk membantu klien untuk
menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik
tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada
dibalik topeng yang dikenakannya. Rogers (dalam Corey, 2009) menguraikan
ciri-ciri orang yang bergerak ke arah menjadi tambah teraktual sebagai berikut.
1. Keterbukaan
pada pengalaman.
2. Kepercayaan
terhadap organisme sendiri.
3. Tempat
evaluasi internal.
4. Kesediaan
untuk menjadi suatu proses.
Terapis tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi
klien. Tonggak terapi ini adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya
dengan terapis yang menunjang, memiliki kesanggupan untuk menentukan dan
menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri.
TEKNIK-TEKNIK
DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK
Rumusan-rumusan yang
lebih dini dari pandangan Rogers tentang psikoterapi memberi penekanan yang
lebih besar pada teknik-teknik. Perkembangan pendekatan ini disertai oleh
peralihan dari penekanan pada teknik-teknik terapeutik kepada penekanan pada
kepribadian, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap terapis, serta pada hubungan
terapeutik. Dalam kerangka client-centered,
“teknik-teknik”-nya adalah pengungkapan dan pengkomunikasian penerimaan,
respek, dan pengertian, serta berbagai upaya klien dalam mengembangkan kerangka
acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Teknik-teknik
harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa
dignakan secara sadar diri sebab terapis tidak akan menjadi sejati.
SUMBANGAN-SUMBANGAN
PENDEKATAN CLIENT-CENTERED
Pendekatan
client-centered corak dominan yang
digunakan dalam pendidikan konselor. Terapi client-centered
menitikberatkan mendengar aktif, memberikan respek pada klien, memperhitungkan
kerangka acuan internal klien, dan menjalin kebersamaan dengan klien yang
merupakan kebalikan dari menghadapi klien dengan penafsiran-penafsiran. Para
terapis ini merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan,
membantu para klien untuk memeriksa sumbernya sendiri, dan mendorong klien
untuk menemukan cara pemecahannya sendiri. Terapi ini jauh lebih aman
dibaningkan dengan model-model terapi lain.
Pendekatan
person center dengan berbagai cara
memberikan sumbangan-sumbangan kepada situasi-situasi konseling individual
maupun kelompok. Terapi ini memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami
dunia subjektif klien, memberikan peluang yang jarang kepada klien untuk
sungguh-sungguh didengar dan mendengar. Pendekatan person center menyajikan kepada klien umpan balik langsung dan khas
dari apa yang baru dikomunikasikannya. Rogers bersedia mendudukkan
rumusan-rumusannya sebagai hipotesis-hipotesis yang dapat diuji dan
mempersembahkannya kepada upaya-upaya penelitian.
Teori
Rogers tentang terapi dan perubahan kepribadian memiliki efek heuristik yang
luar biasa dan meskipun banyak konteroversi yang muncul di sekitar pendekatan person center, karya Rogers telah
menantang para praktisi dan teoritis untuk menguji gaya terapeutik dan
keyakinan-keyakinan mereka sendiri. Teori client-centered
tidak terbatas pada psikoterapi. Teorinya memiliki implikasi-implikasi bagi
pendidikan, bisnis, industri, dan hubungan internasional.
BERBAGAI
KETERBATASAN TERAPI CLIENT-CENTERED
Kelemahan
pendekatan ini adalah terletak pada cara sejumlah praktisi menyalahtafsirkan
atau menyederhanakan sikap-sikap sentral dari posisi client-centered. Adanya jalan yang menyebabkan sejumlah praktisi
menjadi terlalu berpusat pada klien sehingga mereka sendiri kehilangan rasa
sebagai pribadi yang unik. Orang bisa memiliki kesan bahwa terapi client-centered tidak lebih pada teknik
mendengar dan merefleksikan.
Terapi
client-centered berlandaskan
sekumpulan sikap yang dibawa oleh terapis ke dalam pertemuan dengan kliennya
dan lebih dari kualitas lain yang manapun, kesejatian terapis menentukan
kekuatan hubungan terapeutik. Keontetikan dan keselarasan terapis demikian
vital sehingga terapis yang berpraktek dalam kerangka client-centered harus wajar dalam bertindak dan harus menemukan
suatu cara mengungkapkan reaksi-reaksinya kepada klien.
Sumber : Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar