NAMA : DIAH RETNO WULANDARI
NPM : 11510953
KELAS : 3PA01
TERAPI
HUMANISTIK-EKSISTENSIAL
Pendekatan
humanistik-eksistensial atau bisa disebut eksistensial-humanistik, menekankan
renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Banyak
ahli psikologi yang berorientasi eksistensial yang mengajukan argumen menentang
pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode yang digunakan oleh
ilmu pengetahuan alam. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia
tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab
itu saling berkaitan. Pendekatan eksistensial-humanistik memusatkan perhatian
pada asumsi-asumsi filosofi yang melandasi terapi.
Salah satu kritik
terhadap pendekatan ini dalam praktik adalah bahwa terapi ini tidak memiliki
pernyataan yang sistematis mengenai prinsip-prinsip dan praktek-praktek
psikoterapis. Pendekatan ini paling sering dikritik kelemahannya dalam
metodologi. Tetapi, Greening (dalam Corey, 2009) mengatakan bahwa : Humanisme eksistensial sebagai suatu
orientasi psikologi menggabungkan aspek-aspek eksistensialisme dan humanisme
dengan cara membuktikan sumbangan-sumbangan keduanya sambil mencoba menghindari
kekurangan-kekurangannya. Jadi, humanisme eksistensial lebih meyakinkan
dibandingkan banyak eksistensialisme, namun lebih mengenal keterbatasan dan
keniscayaan aktualisasi diri manusia dibandingkan dengan para humanis yang
terpusat pada kesenangan dan pertumbuhan. Humanisme eksistensial mencakup
pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan absurditas, keniscayaan,
keputusasaan, dan “keterlemparan” manusia ke dalam dunia tempat dia sendiri
bertanggung jawab atas pemenjadiannya. Humanisme eksistensial juga mencakup
dalil humanistik bahwa manusia memiliki potensi yang besar untuk
mentransformasikan dirinya sendiri sebagai suatu dorongan yang tidak bisa
ditekan kepada pengalaman pemenuhan dalam menguji batas-batas potensi itu
terhadap hambatan-hambatan yang inheren pada keberadaannya.
PANDANGAN TENTANG SIFAT MANUSIA
Psikologi eksistensial-humanistik
berfokus pada kondisi manusia, terutama suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan
untuk mempengaruhi klien. Pendekatan eksistensial-humanistik tidak mengecilkan
manusia menjadi kumpulan naluri ataupun hasil pengkondisian. Pendekatan ini
bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik.
TUJUAN-TUJUAN TERAPEUTIK
Terapi ini bertujuan agar klien mengalami keberadaannya
secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta
sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Pada dasarnya,
tujuan terapi eksistensial adalah memperluas kesadaran diri klien, dan karenanya
meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab
atas arah hidupnya. Selain itu, juga bertujuan untuk membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubung dengan tindakan memilih diri, dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan
deterministik di luar dirinya.
Dalam mencapai tujuan
dari terapi ini, dibutuhkan peran serta fungsi dari terapis. Tugas utama
terapis adalah berusaha mamahami klien sebagai ada dalam dunia. Teknik yang
digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pemahaman
klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam
menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa
bervariasi tidak hanya dari klien satu kepada klien lainnya, tetapi juga dari
satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama. Dikalangan terapis
eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan tanggung
jawab terapis.
TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR
TERAPEUTIK
Tidak seperti
kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki
teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa
dipungut dari beberapa pandekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal
dari terapi Gestalt dan Analisis
Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis
bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial-humanistik.
Bugental dalam bukunya The Search for Authenticity (1965)
menunjukkan bahwa konsep inti pskoanalisis tentang resistensi dan transferensi
bisa diterapkan dalam filsafat dan praktek terapi eksistensial. Rollo May
(dalam Corey, 2009) seorang psikoanalisis Amerika, juga telah mengintegrasikan metodologi
dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikoterapi eksistensial.
Menurut Corey (2009), meskipun
pendekatan eksistensial-humanistik memiliki banyak hal yang bisa diberikan
kepada klien yang fungsi psikologis dan fungsionalnya relatif tinggi,
pendekatan eksistensial-humanistik ini amat terbatas penerapannya pada para
klien yang fungsinya rendah, pada para klien yang berada dalam keadaan krisis,
dan pada para klien yang miskin. Para klien yang berjuang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok untuk memelihara kelangsungan hidupnya dan yang tidak
berminat pada aktualisasi diri atau makna-makna eksistensial, kurang tepat
untuk ditangani melalui terapi eksistensial-humanistik.
Sumber : Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar